Pencipta Pompa Air
Siapa yang tidak kenal dengan Thomas Alva Edison, salah seorang penemu besar. Dia tinggal di sebuah rumah besar dengan dikelilingi pagar besi. Para tamu yang akan masuk ke halamannya harus membuka pintu gerbang besi yang amat berat, dan kemudian menutupnya kembali sampai benar-benar tertutup.
Siapa yang tidak kenal dengan Thomas Alva Edison, salah seorang penemu besar. Dia tinggal di sebuah rumah besar dengan dikelilingi pagar besi. Para tamu yang akan masuk ke halamannya harus membuka pintu gerbang besi yang amat berat, dan kemudian menutupnya kembali sampai benar-benar tertutup.
Sebagai ilmuwan produktif, tentu ia banyak dikunjungi tamu, apalagi ia pernah memiliki pabrik dan lab dengan 300 karyawan. Sutau ketika, seorang teman dekatnya mengeluh kepadanya, betapa temannya tersebut harus menguras banyak tenaga setiap kali membuka dan menutup gerbang rumah Edison.
Dengan mengedipkan matanya, Edison lalu mengantarkan sang teman naik tangga menuju ruangan di atap rumahnya. Di sana terdapat alat-alat mekanik rumit yang terdiri atas beberapa pengungkit besi, kerekan dan pompa-pompa. Sang teman keheranan, apa maksud Edison mengajaknya ke ruang tersebut.
“Engkau pasti tidak tahu,” ujar Edison, “SETIAP KALI ADA ORANG YANG MEMBUKA DAN MENUTUP PINTU GERBANG DEPAN, SECARA OTOMATIS AKAN MEMOMPA SATU GALON AIR KE DALAM PENAMPUNGAN AIR DI SINI.”
Sisi Gelap Thomas Alva edison
Kesuksesan yang diperoleh Thomas Alva Edison, si penemu lampu listrik (yang juga memilki kekayaan hinga US$ 15 Juta dari 1000 patent lebih) harus dibayar sangat mahal.
Dia dikenal sangat pelit oleh para pegawainya. Ia sering mempekerjakan pegawainya dalam jam kerja yang sangat panjang dan kondisi kerja yang membahayakan, namun membayar mereka dengan upah seminimum mungkin. Ini sebabnya dia tidak memperoleh kesetiaan dari para pegawainya.
Hidupnya sebagian besar dihabiskan di lab, dan hampir tidak peduli akan keluarganya. Kedua istrinya semasa hidup menderita depresi, dan anaknya yang tertua Thomas Alva Edison, Jr adalah seorang alkoholik dan penderita hipokondriak (sejenis penyakit mental yang menganggap diri sendiri selalu dalam keadaan sakit), yang pada akhirnya mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri.